INTISARIrnrnBakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat. Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus dilakukan melalui pemberian antibiotik. Tetrasiklin salah satu antibiotik urama yang memiliki kepekaan yang baik terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Efek samping tetrasiklin dapat merugikan penderita infeksi. Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) merupakan salah satu alternatf pengobatan yang dapat dipilih karena terdapat kandungan senyawa yang berkhasiat sebagai bahan antibakteri, yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak buah mahkota dewa memiliki efektivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.rnPenelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control design. Penelitian ini dimulai dengan ekstraksi buah mahkota dewa dengan pelarut etanol 96% secara soxhletasi kemudian skrining fitokimia, pembiakan bakteri Staphylococcus aureus dan selanjutnya uji efektivitas antibakteri yang dilakukan dengan metode difusi dengan konsentrasi 5%, 8%, 11% dengan Tetrasiklin 30 µg sebagai kontrol positif. rnHasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) konsentrasi 5%, 8% dan 11% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus denganKonsetrasi Hambat Minimum (KHM) adalah 5% dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 6,50 mm. Tetrasiklin 30 µg memiliki perbedaan diameter hambat terhadap ekstrak buah mahkota dewa konsentrasi 5%, 8%, dan 11% dengan rata-rata daya hambat tetrasiklin sebesar 26,37 mm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa berpotensi sebagai antibakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak setara dengan potensi Tetrasiklin.rn