INTISARIrnrnSawi hijau merupakan sayuran yang banyak mengandung nutrisi baik bagi kesehatan tubuh, khususnya vitamin C. Pengolahan bahan makanan yang kurang tepat dapat menurunkan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pengolahan dengan teknik pemanasan terhadap kadar vitamin C pada sawi hijau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar vitamin C pada sawi hijau setelah melalui teknik pemanasan dengan cara ditumis, dicelup dan direbus. Kemudian membandingkan antara teknik pemanasan yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui ada atau tidaknya perbandingan yang bermakna kadar vitamin C yang terkandung dalam sawi hijau tersebut. rnMetode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Penelitian ini menggunakan sampel berupa sawi hijau (Brasicca juncea L.) jenis caisim/ sawi bakso yang telah dipanen berumur 35-40 hari. Metode pengambilan sampel adalah secara teknik acak (random). Sampel diuji secara kualitatif menggunakan pereaksi benedict. Kemudian dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode iodimetri. rnHasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kualitatif sampel positif mengandung vitamin C yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata pada larutan sampel. Secara kuantitatif, kadar vitamin C pada sawi hijau segar (sebelum diberi pemanasan) diperoleh sejumlah 0,0130 %b/v. Sedangkan kadar vitamin C pada sampel sesudah diberi pemanasan dengan teknik penumisan, pencelupan dan perebusan berturut-turut diperoleh sejumlah 0,0087 %b/v, 0,0081 %b/v dan 0,0072 %b/v.rnKesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang bermakna kadar vitamin C pada sawi hijau antara sebelum dengan sesudah diberi pemanasan dengan teknik penumisan, pencelupan dan perebusan.rn