HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA
PENDERITA HIPERUIRISEMIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DELANGGU

INTISARI


Di Indonesia diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur, namun perlu diketahui bahwa di Indonesia hiperuresemia diderita pada usia lebih awal dibandingkan dengan negara barat. Tiga puluh dua persen hiperuresemia terjadi pada usia 40-50 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar asam urat pada penderita hiperuresemia di Puskesmas Delanggu dengan populasi 105 responden. penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan Non Probability sampling dan metode purposive sampling dengan besar sampel 51 responden dengan kriteria inklusi : penderita hiperurisemia dengan kadar asam urat laki-laki ≥7 mg/dl, perempuan ≥6 mg/dl, klien yang menderita berusia 30 sampai 59 tahun, klien yang memiliki Indeks Massa Tubuh normal 18–24 sedangkan kriteria ekslusinya adalah klien yang memiliki penyakit gagal ginjal, klien yang rutin mengkonsumsi obat hiperurisemia dan klien yang sudah pernah mendapatkan edukasi tentang pengetahuan diet. Data yang diperoleh melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukan pola makan di puskesmas delanggu 62,7% dalam kategori buruk sedangkan angka kejadian hiperurisemia 39,2% dalam kategori sedang.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara pola makan dengan kadar asam urat pada penderita hiperurisemia.

Kata kunci : pola makan, kadar asam urat, hiperurisemia.